MOZAIK KAJIAN ISLAM DI INDONESIA
Judul tulisan di atas merupakan judul buku kami terbaru, yang merupakan bunga rampai, dan hasil karya 6 orang, yakni Syahbudi Rachim, Arhanudin Salim, Nova effenty Muhammad, Iksan Kamil Sahri dan saya sendiri. setelah melalui proses panjang, akhirnya buku tersebut di launching kemarin pada hari Rabu, tanggal 29 Agustus di Kedutaan Besar Australia, Patra Kuningan, Jakarta Selatan. tepat pukul 11.30 acara book lunch dilaksanakan dengan serangkaian acara sebagai berikut, pertama sambutan dari kedubes Australia, lalu dilanjutkan sambutan dari litbang kemenag Bapak Moch Zain, kemudian Bapak Greg Fealy dan terakhir sambutan Sally White. Sally White lalu memperkenalkan kami yang alumni PIES 2015, dan meminta kami maju ke depan satu persatu dan acara dilanjutkan dengan foto bersama. Setelah itu kami berenam diminta berkumpul untuk press conference. lalu acara santai, bincang-bincang akademik sembari makan siang. Di sela-sela itu kami pun satu persatu diminta untuk menceritakan pengalaman masing-masing selama belajar di negeri seberang sembari di shooting. Diantaranya adalah bercerita tentang tempat nongkrong atau ngopi favorite, pengalaman jikalau kangen masakan Indonesia, dan tentang kesan-kesan menjadi seorang muslim di negeri Kanguru.
Ketika menceritakan bagaimana menjadi seorang muslim di negeri orang yang mayoritas non muslim inilah bagi saya yang sangat menarik. Teringat kembali, seolah-olah memory kembali berputar di kepala, tentang bagaimana Prof Greg Fealy selaku kepala departement PSC (Politic and Sosial Science) kampus tempat kami belajar, begitu meriah menyelenggarakan ifthar bersama, atau BUKBER (buka bersama) pada bulan suci Ramadhan. Tentu saja hal itu, membuat saya sangat terkesan. sebagai seorang minoritas di negeri itu, saya merasakan betul-betul dihargai eksistensi sekaligus akidah kami. Seluruh teman-teman yang berada di kampus itu terlibat, walaupun mereka bukan beragama Islam. Masing-masing sibuk membawa makanan khas negara mereka masing-masing. Suasana ramai dan meriah sekali, selain ada pides, makanan khas Turki, semacam pizza, makanan-makanan dari berbagai negara pun berlimpah ruah, dalam rangka menghormati kami yang beragama Islam. Tentu saja momentum bahagia ini tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup kami. Terimakasih pak Greg, ibu Sally atas semua kebaikan mu. Semoga Allah memberi hidayah kepadamu. Amin YRA.
Selanjutnya acara book lunch selesai sekitar pukul 14.00 WIB kami pun bergegas kembali ke hotel dan kemudian bertemu kembali dan menghadiri undangan Bapak Greg dan ibu sally di Rumah Makan Beirut, Lebanon, yang berada di daerah jalan Agus Salim. Kami pun menuju ke lokasi ini bareng Ibu Kiki (baca: Naqiyah) seorang dekan fakultas Adab dan Ushuluddin di IAIN Purwokerto. setelah dari Sarinah menuju ke lokasi ini mencoba untuk jalan kaki, lalu naik bajaj dan akhirnya sampai juga. Alhamdulillah. di sana kami bincang-bincang tentang perkembangan kampus kami masing-masing, teknik pemilihan dan pengangkatan rektor pun tak luput dari perbincangan kecil kami di acara dinner tersebut. Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah kami membicarakan tentang launching buku PIES lintas angkatan, yang berisi tentang pengalaman masing-masing peserta selama di negeri Kanguru, yang kemudian disepakati akan dilaunching pada tahun depan bersamaan dengan buku PIES yang akan datang. Selain itu juga membicarakan tentang acara konferensi internasional bagi seluruh alumni PIES, yang kemudian disepakati akan dilakasanakan di Canberra. Inilah yang kemudian menjadi semangat. Cayoooo.... sampai jumpa insyaallah tahun 2020 kita konferensi internasional yaaa. Bismillah. semuanya lancar. setelah itu, kami kaum perempun yang dipimpin Sally White pun membicarakan tentang projek penelitian tentang hambatan-hambatan perempuan dalam meniti karir baik di kampus maupun di ruang publik lainnya. karena ada indikator utama, bahwa perempuan sebenarnya telah diberikan akses peluang yang sama dengan kaum lelaki dalam berbagai bidang, hanya saja seringkali masih terkendala oleh tugas-tugas domestik. inilah yang kemungkinan akan menjadi projek penelitian kolaboratif antar kampus. Setelah itu kami pun mengabadikan melalui foto bersama, dan untuk akhirnya kamipun saling berpamitan untuk kembali pulang ke hotel atau tempat tinggal kami masing-masing.
Saya dan ibu Kiki menuju hotel sejenak tempat saya menginap sejak kemarin, hotel QUDS Express yang terletak persis di depan Thamrin city, untuk mengambil barang. Selanjutnya kami menuju Banten, tepatnya di Hotel Aviary Bintaro, untuk melanjutkan mengikuti acara ADIA (asosiasi dosen ilmu-ilmu Adab) yang acaranya dikemas dengan Konferensi Internasional. sekian dulu yaa tulisan ini, saya sudah ngantuk, padahal besok subuh harus mengawal jamaah Masjid kompleks ini untuk mengadakan pengajian subuh sekaligus SABAR (sarapan bareng). salam.
Sidoarjo, 2 September 2018
pukul 01.25 WIB.